Jumat, 09 Mei 2008

Meretas Jalan Menjadi Enterpreneur Sejati



1. Mengawali langkah dari visi
Vision : What we want to be in the future, where we want to go.
Visi hidup : ingin jadi apa anda di masa depan, itu penting! Why, karena kesuksesan dapat diraih dalam semua bidang kehidupan. Ketika visi sudah terpancang kuat, visi itu yang akan menjadi energi penggerak langkah dan perjuangan. Biasanya visi seorang enterpreneur adalah visi kesejahteraan pribadi, kesejahteraan sosial, dan keturunan. Secara pribadi, seseorang menjadi enterpreneur karena ingin menjadi kaya (rumah bagus, kendaraan bagus, tanah luas, harta banyak, dan kesempatan untuk mau). Visi sosialnya biasanya untuk menjawab sebuah permasalahan besar, yaitu mengentaskan pengangguran (saudara-saudaranya, tetangganya, keluarganya, atau masyarakatnya) dan membantu kegiatan-kegiatan sosial (sponsorship). Visi keturunan, karena usaha adalah sesuatu yang dapat diwariskan kepada anak cucunya. Ketika usaha yang kita rintis berkembang, maka kelak anak cucu kita pun akan menikmati jerih payah kita hari ini.
2. Semua bisa menjadi enterpreneur
Mengapa orang-orang keturunan tiong hoa dalam banyak hal lebih sukses menjadi enterpreneur? Itu karena anak-anak mereka sejak kecilnya memang telah belajar secara informal tentang bisnis (yang menjadi dunia orang tuanya) dari lingkungan keluarganya terus menerus, dan kemudian merekamnya dalam memori otaknya, yang selanjutnya membentuk pola berpikir dan cara berperilaku.
Meski kita tak ada bakat dagang, bisa saja jadi pedagang atau wirausahawan. Karena untuk menjadi pengusaha itu juga tak mengenal usia tua atau muda. Kaya atau miskin. Jenius atau tidak. Mahasiswa atau bukan. Sudah sarjana atau belum. Justru banyak pengangguran yang bergelar sarjana, bahkan master sekalipun. Dan sebaliknya, banyak orang-orang yang tidak berpendidikan ternyata sukses dengan usahanya.
Contohnya kawan saya penjual pecel lele ngudi rejeki, sehari penghasilannya bisa mencapai Rp 500000, dan mempunyai 13 karyawan. Padahal, beliau hanya seorang lulusan SMP yang merantau kejogja sekitar 18 tahun silam.
3. Memulai bisnis baru
Untuk menjadi pengusaha, yang paling utama adalah keberanian untuk memulai. Keterampilan bisa dipelajari sambil jalan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani memulai usaha. Sebab di Indonesia ini sebenarya banyak sekali pengangguran yang tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun, mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan yang dimiliki apakah itu yang diperolehnya saat sekolah atau bekerja sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan.
Contoh : saya tidak bisa masak, tapi bisa mencari orang yang pandai memasak untuk bekerja. Sambil jalan, kita bisa belajar masak dari mereka.
Untuk memulai bisnis baru, tidak harus mumpuni dulu, kalau menunggu mumpuni, maka kapan kita akan memulai?. Justru sebaliknya, pengalaman bisnis yang mumpuni itu bisa kita raih sambil menjalankan bisnis kita. Maka, jika kita ingin memulai usaha, ada baiknya jangan banyak dipikirkan atau pakai rencana yang muluk-muluk. Yakinlah, bahwa semua itu dalam bisnis bisa saja berubah, dan itu bisa kita tangani sambil jalan.
Bob Sadino pernah mengatakan, "Saya sukses karena saya melangkah. Bukan mengangan-angankan langkah". dengan melangkah, maka ada kemungkinan kita sukses, disamping ada pula kemungkinan gagal. Namun dengan tidak melangkah, maka kita tidak pernah akan sukses. Maka tidak ada salahnya, kita belajar bisnis sambil jalan. Dalam konsep keuangan disebutkan bahwa high risk, high return. Untuk meminimalkan risk dengan return yang tetap besar, kita bisa saja memiliki pekerjaan tetap (safety belt) sambil mengembangkan bisnis.
Contoh : saya seorang PNS, tapi juga mengembangkan usaha.
Memulai bisnis baru, biasanya dilakukan dengan 3 cara, membeli bisnis yang sudah ada, menjadi partner dalam sebuah franchise, atau dengan memulai bisnis baru. Mari melihat peluang apa saja disekitar kita.
Untuk memulai bisnis baru, peluang pasar yang sebaiknya jadi pijakan, what consumer needs and wants?
Namun, percayalah bahwa ide memulai bisnis baru tak terlalu sulit. Ide itu bisa berasal dari mana saja dalam berbagai cara.Yang pasti,sekali ide bisnis itu dikembangkan dengan jelas, maka bisnis baru itu niscaya akan berkembang. Apalagi, setelah terlebih dahulu kita adakan evaluasi dengan teliti, baik itu berkaitan dengan customer dan Kompetisinya.
Contoh : saat ospek, bisnis catering atau peralatan ospek. Saat idul adha, bisnis sapi. Disekitar kost, bisnis makanan. Bisnis sesuai keahlian, pendidikan, dll.
4. Modal dengkul
Modal yang paling vital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal non-fisik, yakni berupa motivasi, keberanian memulai yang mengebu-gebu, kerja keras, ulet dan pantang menyerah.
Contoh : saat mulai bisnis catering, cukup dengan modal proposal lalu bagi hasil dengan pihak ketiga. Saat berbisnis sapi, sekedar jadi broker.
Meskipun selanjutnya , ketika usaha semakin besar dan semakin membutuhkan modal kita bisa mendapatkan modal dari orang lain dengan hutang atau investasi. Hutang dan investasi, prinsip dasarnya adalah kredibilitas. Kredibilitas bisa dibangun ketika kita memiliki kejujuran tinggi dan sudah punya pengalaman menjalankan usaha. Ketika sudah punya kredibilitas, biasanya investor dan kreditur akan datang sendiri menawarkan modal.
5. Berani gagal dan sukses
John. F. Kennedy pernah mengatakan, “Gagal total itulah awal karier bisnis saya”. Biasanya kita bukannya gagal, tetapi berhenti mencoba. Itulah kegagalan sesungguhnya.
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS Yusuf: 87)
Apabila kita gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Kegagalan atau pengalaman negatif bisa digunakan untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut.
Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu "melankolis" dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.
Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kita bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.
Contoh : saya pernah berjualan pecel lele, dan gagal total. Sampai saat ini saya pernah mencoba berbagai usaha yaitu, pecel lele, Tazkia catering, bakso (2 kali), 2 kali buka warung makan, service komputer, snack, dan cellular. Semua itu gagal, kecuali dua yang masih eksis, yaitu warung makan, tazkia catering, dan tazkia cellular.
Sebaliknya, seorang entrepreneur harus berani menyatakan dirinya sukses. Karena dengan keberanian kita menyatakan sukses, akan membangkitkan kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri yang besar itu, kita akan lebih bersemangat untuk meraih kesuksesan. Dan, betapa pun sibuknya entrepreneur-entrepreneur yang sukses, ia akan tetap siap membantu teman-teman yang memerlukannya. Dan, mereka semakin percaya pada Tuhan sebagai suatu kekuatan besar.

Dan kini 4 tahun kemudian, Alhamdulillah sebagian visi tersebut nampaknya mulai terwujud.
Dipenghujung hayatnya, Abdurrahman bin Auf menginfakkan hartanya kepada para ahli badar yang ketika itu masih tersisa 100 orang. Setiap orang mendapatkan warisan 400 dinar. Sudah saatnya, terlahir Abdurrahman bin Auf – Abdurrahman bin Auf yang lain hari ini. hari ini, 1 dinar senilai dengan Rp 1.160.000, artinya jika dikonversi ke mata uang rupiah sekatrang, infak beliau adalah kurang lebih 46,4 milyar rupiah. Subhanallah ....

“Para pahlawan adalah orang-orang biasa, yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dalam sunyi yang panjang, hingga waktu mereka habis”

“There is a will, there is a win”

Tidak ada komentar: